April 02, 2009

Surat Cinta tuk Ayah...

Malam ini entah mengapa tiba2 ku teringat pada ayah. Ayah memang bukan orang besar, kaya raya atau punya pengaruh besar. Beliau hanya pegawai biasa dengan gaji rendah.. Tapi aku sangat bangga padanya. Beliau selalu ku banggakan. Beliau memang tak punya warisan harta untukku tapi kasih sayangnya, nasehatnya n petuahnya mengajarkan aq banyak hal.. Seperti anak lainnya, aku ingin selalu memeluk, bercanda dan mendapat belai kasihmu, tapi Tuhan berkehendak lain. Masa kanak-kanakku tak seperti anak lainya, dimana mereka kan ditemani sang ayah untuk membeli baju baru ketika lebaran, di berikan hadiah ketika mendapat juara kelas atau sekadar dimanja olehnya. Ayah hanya sesaat mendampingiku, ketika usiaku kan menginjak bangku sekolah, beliau dipanggil Tuhan. Saat itu ibu selalu berkata, ayah adalah orang yang baik, n di sayang oleh Tuhan sehingga beliau cepat dipanggil oleh Nya. Dan semenjak itu aq hanya memiliki ibu sebagai tempat mengadu..

Aku masih ingat kata-katamu ayah,, ketika engkau berpesan padaku di suatu senja..
“ Nak,,, jika nanti ada yang bertanya padamu, apa ayahmu meninggalkan harta atau rumah yang megah untuk tempatmu bernaung? Maka jawablah, Beliau tidak meninggalkan harta warisan karena kami orang tak punya, Beliau meningalkan sebuah rumah tempat kami bernaung meski rumah tersebut belum siap dibangun, bukan karena ayah tak mau menyelesaikan bangunannya, tapi ayah tak bisa menyelesaikan, karena harus memenuhi panggilan-Nya.”

Beliau juga sering berkata padaku, “ Nak.. rajin-rajinlah belajar, carilah ilmu seluas-luasnya, karena dengan ilmu itulah kau kan menata masa depanmu. Jangan engkau memikirkan harta, karena ia tak kekal, Jika engkau telah memiliki ilmu, harta itupun kan menghampirimu. Pergunakanlah ilmu mu untuk sesama n jangan segan2 mengeluarkan sedekah jika kau mampu kelak.”

Ketika beliau pergi, dia tidak meninggalkan harta yang banyak, melainkan hanya sebidang tanah dimana rumah kami dibangun dan beberapa buku yang berisi tulisan tangan beliau, dimana beliau menuliskan nasehat n petuah untuk kami.

Saat aku dibangku sekolah dasar, aq sering sedih ketika hari pembagian rapor tiba. Aq tak bisa menunjukkan hasil belajarku kepada ayah, aq hanya bisa memperlihatkannya kepada ibu. Saat anak-anak yang lain pernah mendapatkan hadiah dari orang tuanya ketika mereka juara kelas, tapi aq tak bisa menuntut banyak. Aku tau jika aku meminta, maka ibu pasti kan berusaha tuk memenuhinya walau mesti ngutang dengan tetangga tapi aq tak ingin menyusahkan beliau. Pernah suatu kali, ibu memberikan aq uang seribu rupiah agar aq bisa membeli sebungkus mie goreng yang dijual di warung setelah aq pulang membawa rapor kenaikan kelas..Hari itu aq sangat bahagia.. terima kasih bu..

Aku juga pernah iri pada teman2 ku, mereka sering bercerita padaku tentang asyiknya piknik bersama ayahnya di hari libur atau hari megang. Mereka bermain n bercanda serta menghabiskan waktu bersama ayah bundanya.

Ayah… tak banyak yang dapat kulakukan untukmu. Aq hanya bisa mengirimkan doa ditiap sujudku, menziarahi pusaramu sambil berdoa n mencabuti rumput yang tumbuh diatasnya..
Maafkan aku ayah, atas kesalahan dimasa kecilku.. Ibu pernah bercerita tentang kenakalanku saat usia ku 3 tahun,. Aq selalu menunggumu pulang kerja di pintu gerbang dan meminta engkau memboncengku di sepeda motor kantormu hingga sampai dipintu rumah, aq juga sering mengganggu tidur lelapmu n meminta mainan padamu.. Maafkan aku ayah…

Kini aq telah duduk dibangku kuliah,, petuahmu selalu bergema ditelingaku,,, Aku janji ayah, kan selalu menjaga nama baikmu n membuat engkau dan ibu bangga… Aku tak punya impian yang berlebihan, aku hanya ingin melihat ibu berjalan tegak sambil tersenyum bangga atas anaknya ini, bukan menunduk malu karena kelakuanku yang tidak mengenakkan..

Kp. Pineung, 13 Juli 2008

Tidak ada komentar: