Agustus 18, 2009

Sang Juara

Suatu ketika, salah satu LSM mengadakan lomba lari dalam rangka hari Anak Nasional. Suasana sangat ramai dan meriah pada saat itu, karena hari itu merupakan babak final yang hanya menyisakan delapan pelari lagi.

Ada seorang anak yang bernama Riandy. Dibandingkan dengan peserta lainnya, hanya Riandi yang posturnya kecil dan kurus sedangkan yang lainnya berbadan tegap, tapi ia termasuk delapan anak yang masuk final. Banyak orang yang meragukan kemampuannya untuk bisa bersaing dengan peserta lainnya.

Dan akhirnya saat yang dinantikan tiba, final lomba lari ini akan dimulai. Setiap peserta bersiap di garis start. Namun, perlahan Riandy mengacungkan tangannya meminta waktu sesaat sebelum lomba dimulai. Tangannya mendekap dada, bibirnya komat kamit sambil memejamkan mata, seperti halnya orang yang yang sedang berdoa. Lantas, beberapa detik kemudian ia berkata, “Aku siap”.

Sreetts....Bendara startpun dikibarkan tanda lomba dimulai. Dimulai dengan hentakan kaki yang kuat mereka berlari sekencang-kencangnya. Gemuruh sorak serta tepuk tangan para penonton memacu semangat mereka. Meter demi meter mereka lalui hingga akhirnya tibalah digaris finish. Dan ternyata Riandi lah pemenangnya. Iapun tersenyum sambil bergumam, “terima kasih”.

Kini tibalah saat pembagian hadiah. Riandi pun melangkah bangga untuk menerima hadiahnya. Sebelum memberikan hadiah, Ketua pelaksana berkata” Hai anak muda, kamu tadi pasti berdoa memohon kepada Tuhan agar kamu menang”. Riandi terdiam. “ Bukan, bukan itu yang aku pinta pak” sahut Riandi.
“Sepertinya tak adil untuk memohon kepada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan peserta lain, aku hanya meminta supaya aku diberikan kekuatan agar tak menangis jika aku kalah” lanjut Riandi. Semua hadirin terdiam mendengarnya. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi tempat tersebut.

Kp.Pineung, Agust 2009