November 27, 2009

Imunisasi dan Pelaksanaannya

Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi, Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain. (Depkes RI, 1994)
Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). (Musa, 1985)
Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Program Imunisasi
Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenal kan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai kecamatan Pengembangan Program Imunisasi (PPI).
Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan imunisasi dasar secara teratur.
Dengan status program demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai Universal Child Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi social dan pengembangan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama. (Depkes RI, 2000)
Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.
Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB denga kematian 3 juta orang per tahun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di Negara berkembang. (Depkes RI, 1992).
Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae merangsang saluran pernafasan terutama terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksinasi ternyata anak yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang karena kekebalan (antibodi) yang diperolah dari ibunya hanya berumur satu tahun.
Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernafasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.
Tetanus
Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara yang telah berkembang tetapi masih banyak terdapat di negara yang sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampong akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi.
Poliomyelitis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide Paralysis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan di Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa tahun terkahir kembali ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.
Campak
Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.
Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang sangat diperlukan.
Tujuan Pelaksanaan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian imuniasi sedini mungkin kepada bayi dan anak-anak.
Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah.
Imunisasi BCG
Pemberian vaksin BCG adalah untuk meningkatkan kekebalan aktif tubuh terhadap penyakit TB. Vaksin ini mengandung  bakteri bacillus calmette guerin fidup yang dilemahkan sebanyak 50.000-10.000.000 partikel /dosis. Imunisasi BCG diberikan 1 (satu) kali sebelum bayi berumur 2 bulan secara suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml, pengulangan pemberian tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin BCG tersedia dalam sediaan ampul warna coklat 5 ml untuk 80 anak.  Dalam penggunaanya, jika sediaannya telah dibuka, maka sediaan itu hanya boleh digunakan dalam 3 jam. Cara pemberian dan dosis vaksin BCG adalah sebagai berikut :
-       Larutkan vaksin BCG dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml) sebelum digunakan.
-       Cara melarutkannya : untuk mencegah terhembusnya serbuk, maka masukkan sediaan kedalam plastik khusus kemudian patahkan leher ampul, lalu plastiknya di lepaskan secara perlahan.Tambahkan pelarut kedalam ampul dengan spuit 5cc yg steril dan kering ( pelarut NaCl),  goyang perlahan hingga homogen.
-       Dosis yang digunakan pada bayi yang berumur kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml, sedangkan untuk anak yang berusia diatas 1 tahun adalah 0,1 ml.
-       Penyuntikan dilakukan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas ( insertion musculus deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Penyuntikan dilakukan perlahan-lahan kearah permukaan ( sangat superficial ) sehingga terbentuk lepuh       ( wheal ) dengan diameter 8-10 mm.
Kontraindikasi pemberian imunisasi ini adalah terdapatnya  penyakit kulit yg berat/menahun seperti eksim, furunkolosis, dan anak sedang menderita penyakit TB.
Efek samping akibat pemberian imunisasi ini adalah timbulnya indurasi dan kemerahan ditempat suntikan ( setelah 1-2 minggu pemberian ) yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tersebut tidak memerlukan pengobatan karena akan sembuh dengan sendirinya dan meninggalkan parut. Terkadang juga ditemui pembesaran kelenjar regional diketiak atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dann tidak perlu pengobatan
Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20 C. (Depkes RI, 2005)
Imunisasi DPT
Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT. (Depkes RI, 2005)
Vaksin DPT tersedia dalam sediaan vial warna kuning 5 ml untuk 10 anak. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-        Kocok sediaan terlebih dahulu hingga homogen
-        Kemudian disuntikan secara IM pada musculus vastus lateralis(ant-lateral) di paha bagian atas dengan dosis 0,5 ml
-        Dosis diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan dengan interval minimal 4 minggu
Kontraindikasi pemberian imunisasi adalah enselopati, punya riwayat anafilaksis sebelumnya dan hiperpireksia.
Efek samping akibat pemberian imunisasi ini adalah gejala yg bersifat sementara seperti lemas, demam, merah di tempat suntikkan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
Imunisasi DT
Imunisasi ini memberikan kekebalan terhadap toksin yg dihasilkan oleh kuman penyebab penyakit difteri dan tetanus. Pelaksanaannya dianjurkan untuk anak yang berusia dibawah 8 tahun. Cara pemberiannya sama dengan pemberian imunisasi DPT. Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada keadaan hiperpireksia dan sakit berat.
Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus toksoid ( TT ) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS ( Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk mencegah atau pengobatan penyakit tetanus. Pada ibu hamil, imunisasi diberikan pada saat kehamilan berumur 7 atau 8 bulan . Vaksin disuntikkan pada otot paha atau lengan atas sebanyak 0,5 ml.
Imunisasi Polio
Untuk kekebalan terhadap poliomyelitis diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang mengandung virus polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu. (Depkes RI, 2005)
Vaksin ini tersedia dalam sediaan vial les merah dan drop tetes merah jambu. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-       Diberikan secara oral, 1 dosis adalah 2 tetes.
-       Dilakukan sebanyak 4 kali pemberian (bulan 1,2, 4 dan 6) dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
-       Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper ) yang baru.
            Kontraindikasi pemberian imunisasi ini adalah pada anak yg menerima immune deficiency.
            Umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian imunisasi ini. Efek Paralisis yg disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi( kurang dari 0,17:1.000.000; Bull WHO 66:1988).
Imunisasi Campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai anak berumur 9 bulan. (Depkes RI, 2005)
Vaksin ini tersedia dalam sediaan vial orange. Dalam penggunaannya, jika vial telah dibuka hanya boleh digunakan untuk 8 jam. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-       Larutkan terlebih dahulu vaksin dengan pelarut steril yg telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
-       Kemudian disuntikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada lengan kiri atas atau anteolateral paha pada usia 9 - 11 bulan dan ulangan pada usia 6-7 th setelah catch up campaign pada anak sekolah dasar kelas 1-6.
            Kontraindikasi pemberian imunisasi ini adalah anak yang mengidap penyakit immune deficiensi atau anak yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma.
            Efek samping akibat pemberian imunisasi ini pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yg dapat tejadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
Imunisasi Hepatitis B
            Imunisasi ini memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Pemberiannya di lakukan sebanyak 3 kali , pertama saat anak berusia 0-7 hari, bulan 1 dan selanjutnya pada bulan ke 6. Interval minimum pemberian adalah 4 minggu.
            Sediaan vaksin ini ada 2 jenis, yakni sediaan vial warna merah jambu dan uniject warna putih. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-       Sediaan dikocok terlebih dahulu hingga homogen
-       Kemudian disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1(sebuah) HB PID secara intra muskular pada musculus vastus lateralis( ant-lateral) atau di musculus Deltoid.
-       Pemberian sebanyak 3 dosis, dosis pertama  diberikan pada umur 0-7 hari, berikutnya diberikan dengan interval minimal 4 minggu.
            Kontra indikasi pemberian vaksin ini adalah anak yang hipersensitif terhadap komponen vaksin. Efek samping setelah pemberian vaksin ini adalah timbulnya reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yg terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari.
Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap suatu antigen dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia.
Tujuan pemberian imunisasi adalah :
Mencegah kesakitan
Mencegah kecacatan
Mencegah kematian
Jenis imunisasi menurut PPI (Program Pengembangan Imunisasi) :
BCG ( bacillus calmette guerin ) sebanyak 1 kali
Hepatitis B sebanyak 3 kali
Polio sebanyak 4 kali
DPT sebanyak 3 kali
Campak sebanyak 1 kali.
Keberhasilan imunisasi tergantung pada :
Status imun penjamu
Genetic
Kualitas n kuantitias vaksin
Cara pemberian vaksin
Dosis vaksin
Host
Frekuensi pemberian
Zat yang merespon vaksin imun yg diberikan
Cara penyimpanan

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta, 2005
Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Jakarta, 1992
Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Reaksi Samping Imunisasi, Jakarta, 1994
Departemen Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta, 2000
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU, Handbook for Pediatrician, Medan,2007
Ibrahim, Imunisasi dan Kematian Anak Balita, Medika, Nomor 6 Tahun 17, Jakarta, 1994
Musa , A.D, Peranan Pencegahan Khususnya Imunisasi Dalam Penurunan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Tahun XV Nomor 9 April 1985.
Noor,N.N, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU,  Handbook for
Pediatrician, Medan,2007
RSUD Dokter Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak Edisi III, Surabaya, 2008

Tumbuh Kembang Anak

Dalam ilmu kesehatan anak istilah pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang dicapai oleh jazad manusia dari konsepsi sampai dewasa.Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah zat interseluler. Oleh karena itu pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau inci dan dalam kilogram atau pound. Selain itu dapat pula diukur dalam keseimbangan metabolik, yaitu retensi kalsium dan nitrogen oleh badan.  Perkembangan digunakan untuk menunjukkan bertambahnya keterampilan dan fungsi kompleks. Seseorang berkembang dalam pengaturan neuromoskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan kanannya dan terbentuk pula kepribadiannya. Maturasi dan diferensiasi sering dipergunakan sebagai sinonim untuk perkembangan. 
Pertumbuhan Fisis
Kroman menganjurkan dua macam pemeriksaan pada anak, yaitu :
1.        Pemeriksaan kesehatan medis ( medical health examination), pemeriksaan ini menilai ada tidaknya penyakit.
2.        Pemeriksaan kesehatan perkembangan ( developmental health examination), pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menilai perkembangan fisis dan kedewasaannya dalam mental dan emosi.
Walaupun pertumbuhan berlangsung terus secara tetap dari masa konsepsi sampai dewasa, namun terjadi fluktuasi dalam kecepatan tumbuh seorang anak. Percepatan tumbuh yang mencapai maksimum terjadi pada akhir masa janin dan kemudian menurun terus sampai melewati masa bayi, kemudian timbul percepatan tumbuh lagi pada masa adolesensi yang kemudian menurun dan berhenti setelah mencapai umur dewasa.
Puncak pertumbuhan panjang pada masa janin terjadi kira-kira pada akhir trimester kedua kehamilan,  puncak pertambahan berat terjadi pada saat sebelum lahir. Fase percepatan pada masa adolesensi terjadi sebaliknya, yaitu berlangsung lebih dini dan berat badan relatif lebih besar daripada tinggi badan. Beberapa jaringan badan hanya mengikuti satu daripada kedua percepatan tumbuh tersebut, sedang lainnya mengikuti suatu bentuk tersendiri. Misalnya jaringan otak cepat tumbuh pada masa percepatan tumbuh janin (siklus pertama) dan tidak tumbuh lagi sebelum percepatan tumbuh pada masa adolesensi (siklus kedua) dimulai. Pada saat lahir besar otak kira-kira hanya 5% daripada berat dewasa.
Kira-kira 50% dari pertumbuhan otak terjadi pada tahun pertama kehidupan,  20% terjadi pada tahun kedua. Kerusakan otak pada masa bayi mempunyai arti yang penting demikian pula lingkaran kepala pada masa ini merupakan kemajuannya. Sebaliknya pertumbuhan alat kelamin pada 10 tahun pertama agak lambat, tetapi menjadi cepat pada 10 tahun berikutnya. Pertumbuhan organ ini sangat pesat sesudah seluruh pertumbuhan badan berakhir. Jaringan limfoid tumbuh cepat pada masa bayi dan anak, kemudian menurun pada masa pubertas dan akhirnya mengalami involusi. Termasuk dalam jenis ialah tonsil, adenoid, timus, limpa, kelenjar getah bening dan jaringan limfe di usus.
Masa pertumbuhan sebelum dewasa
Pranatal (0-280 hari)
1.    Masa embrio (trimester pertama kehidupan prenatal)
       Diferensiasi berlangsung cepat, terbentuk sistem dan alat-alat dalam tubuh.
2.    Masa fetus dini (trimester kedua kehidupan prenatal)
       Terjadi percepatan pertumbuhan. Pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi. Pada akhir masa ini panjang janin 70% dari pada panjang pada saat dilahirkan,  berat badannya hanya 20% daripadanya, karena jaringan lemak subkutan belum terbentuk.
3.    Masa fetus akhir
       Bertambahnya masa tubuh dengan cepat. Berat badan fetus dari 700 g pada akhir trimester kedua bertambah dengan kecepatan kira-kira 200 g/minggu sampai pertengahan trimester ketiga untuk mencapai kira-kira 3.000-3.500 g.
Masa neonatal (0-4 minggu sesudah lahir)
Penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat tubuh lainnya. Berat badan dapat turun sampai 10% pada minggu pertama kehidupan yang dicapai lagi pada hari ke-14.
Masa bayi (tahun pertama dan kedua kehidupan)
a.        Umur 1 bulan – 1 tahun
Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, fungsi alat tubuh bertambah, terutama sistim saraf.
b.        Umur 1 tahun – 2 tahun
Pertumbuhan menurun, kemajuan dalam berjalan dan aktifitas motorik serta pengaturan fungsi ekskresi
Masa prasekolah (umur 2 -6 tahun)
Pertumbuhan melambat, aktifitas jasmani bertambah, kordinasi fungsi dan mekanisme motorik bertambah, cepat menangkap pelajaran.
Masa sekolah (wanita 6-10 tahun, pria 6-12 tahun)
Pertumbuhan tetap, keterampilan dan proses intelektuil berkembang.
Masa adolesensi (wanita 10-18 tahun, pria 12-20 tahun)
Perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Percepatan pertumbuhan tinggi dan berat badan, timbulnya ciri kelamin sekunder, memerlukan kepercayaan diri sendiri dan kebebasan, perkembangan fungsi alat kelamin.
Tahap pertumbuhan anak
Dalam tahun pertama panjang bayi bertambah dengan 23 cm ( di negeri maju 25 cm), sehingga anak pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm ( 75 cm di negeri maju). Kemudian kecepatan pertumbuhan berkurang sehingga setelah umur 2 tahun kecepatan pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm pertahun.
Formula yang digunakan untuk menentukan panjang anak dari umur 3 tahun adalah :
       Panjang badan = 80 + 5n cm
Ket : n = jumlah umur dalam tahun
Panjang badan, umur :
1 tahun                = 1,5 x panjang lahir
4 tahun                = 2 x panjang lahir
6 tahun                = 1,5 x panjang umur 1 tahun
13 tahun              = 3 x panjang lahir
Dewasa                = 2 x panjang umur 2 tahun
Lingkaran kepala bayi baru lahir di Indonesia 33 cm ( di negeri maju 35 cm ), kemudian pada umur 1 tahun menjadi 44 cm (dinegeri maju 47 cm). Pada umur 10 tahun menjadi 53 cm dan pada orang dewasa 55-58 cm. Ukuran lingkaran kepala penting di ketahui untuk mengetahui perubahan dalam pertumbuhan otak.
Selama masa prasekolah, berat badan naik setiap tahun dengan 1,5 – 2 kg di Indonesia ( dinegeri maju 2-3 kg).
Formula berat badan yang digunakan untuk menentukan berat badan ialah :
       Berat badan = 8 + 2n kg
Ket : n = jumlah umur dalam tahun
Berat badan, umur :
1 tahun                = 3 x berat badan lahir
2,5 tahun             = 4 x berat badan lahir
6 tahun                = 2 x berat badan umur 1 tahun
Tabel  Berat Badan dan Panjang Rata-rata bayi berumur 0-1 tahun

Laki-laki
Perempuan
Umur( minggu )
Berat (g)
Panjang (cm)
Berat (g)
Panjang (cm)
0
4
8
12
16
20
24
28
32
36
40
44
48
52
3000
3850
4650
5400
5900
6350
6700
6950
7200
7500
7600
7700
7700
7800
49.0
53.1
55.9
58.9
61.2
63.0
64.4
65.9
66.9
68.1
68.9
70.0
71.1
73.4
2900
3800
4400
5000
5500
6000
6250
6550
6750
6950
7100
7300
7400
7500
48.5
52.4
55.5
58.2
60.3
62.1
63.4
64.9
66.3
67.7
68.3
69.0
69.9
70.8

Sumber : Liem Tjay Tie, dkk: weight and height of native and chinese infants in Batavia.Indian J.Pediat. 5:1, 1983

Pada masa prasekolah dan sekolah anak akan tampak kurus karena pertumbuhan beberapa organ , jumlah jaringan bertambah sedemikian rupa sehingga jumlah lemak di bawah kulit berkurang.
Masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa merupakan masa yang sangat penting. Masa ini disebut akil balik. Sesaat sebelum dan sewaktu masa akil balik, jaringan lemak terdapat lagi dibawah kulit, sehingga berat badan bertambah pula. Pada masa ini terdapat pula perbedaan mengenai jaringan lemak yang terdapat pada pria dengan wanita. Pada anak wanita lemak banyak terdapat di sekitar panggul, payudara dan anggota gerak, sedangkan pada pria di punggung. Perubahan jaringan lemak dan berak badan pada anak wanita berlangsung sampai beberapa tahun setelah akil balik, sedangkan pada anak pria berat badan pada setelah masa akil balik tidak nyata bertambah. Penambahan berat badan ini tergantung dari makanan, hormon dan faktor keturunan.
Beberapa hormon yang mempengaruhin pertumbuhan antara lain hormon pertumbuhan hipofisis yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah sel tulang, hormon tiroid yang mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan tulang, hormon kelamin pria di testis dan kelenjar suprarenalis dan  pada wanita di kelenjar suprarenalis yang merangsang pertumbuhan selama jangka waktu yang tidak lama.
Perubahan tubuh pada masa akil balik berlangsung karena pengaruh hormon kelamin dan hipofisis. Pada anak wanita terdapat pembesaran uterus, ovarium , vagina pada umur 8-10 tahun. Organ-organ ini mencapai kedewasaan pada umur 18-20 tahun. Pertumbuhan kelamin sekunder dimulai dengan pembesaran payudara yang didahului oleh pembesaran dan pigmentasi puting dan aerola mammae. Bersamaan dengan ini pinggul menjadi lebih lebar karena tulangnya menjadi lebar. Satu tahun kemudian terdapat pertumbuhan rambut di daerah pubis, setengah tahun kemudian disusul dengan pertumbuhan rambut di ketiak. Pada waktu ini terjadi menstruasi pertama, yang di negeri maju dimulai pada umur kira-kira 13,5 tahun. Menstruasi ini berlangsung tidak teratur pada tahun pertama, tetapi kemudian menjadi teratur pada umur 16-18 tahun.
Pada anak pria, permulaan akil balik ditandai dengan pembesaran penis, testis dan scrotum. Pertumbuhan berupa pigmentasi dan kerut-kerutan juga terjadi pada scrotum. Ejakulasi terjadi pada umur kira-kira 15-16 tahun. Tidak lama setelah pembesaran organ kelamin, terdapat pertumbuhan rambut di pubis, ketiak , kumis dan jenggot. Kemudian terdapat perubahan suara, muka menjkadi lebih jelas, bahu menjadi lebar dan terdapat penambahan jumlah dan kekuatan otot-otot. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa pada anak pria umur 18-20 tahun jasmaninya telah meningkat.
Perkembangan Mental Dari Masa Bayi Sampai Masa Remaja
Bayi yang masih menyusu ( 0-1 tahun)
Kebutuhan bayi belum beraneka rupa, tetapi kebutuhannya perlu segera di penuhi, sebab bila tidak ia akan memperlihatkan ketidak senangannnya dengan menangis dan gerakan yang tidak teratur. Mula-mula tidak penting siapa yang memenuhi kebutuhannya karena ia belum dapat membedakan diri sendiri dengan dunia luar serta orang-orangnya. Namun lambat laun ia belajar membedakan yang satu dengan lainnya. Jika ia selalu dirawat oleh ibunya, maka ibunyalah yang dikenalnya terlebih dahulu dan keadaan berubah menjadi bergantung kepada ibunya termasuk juga rasa kasih sayangnya.
Umur 1-4 tahun
Walaupun seorang anak dalam masa ini masih bergantung kepada bantuan orang dewasa guna memenuhi kebutuhan vitalnya, namun sifat ketergantungan ini telah mulai berkurang, sedangkan kemampuan berdiri sendiri bertambah cepat. Hal ini disebabkan oleh cepatnya perkembangan dalam bidang bahasa, gerakan dan pengamatan seorang anak yang memberitahukan keinginan dan kebutuhannya melalui bahasa. Ia akan lebih dimengerti daripada seorang anak yang hanya dapat mengatakan ketidak puasannya dengan cara menangis. Dengan demikian kebutuhannya lebih mudah dipenuhi.
Secara motorik anak menjadi lebih matang, maka ia akan berusaha meraih dan memegang, sehingga ia dapat mengambil barang sendiri, ia dapat berjalan dan dengan demikian dunia anak menjadi lebih luas. Begitu pula daya menerima dan memahami berkembang dan akan mencapai fase ia ingin memeriksa, mencoba sendiri.
Anak setelah berumur 2 atau 3 tahun mencapai suatu fase gemar memprotes dan dalam keadaan demikian ia “mengatakan tidak” terhadap setiap ajakan. Masa ini dinamakan “berkeras kepala”( kopigheid’s periode).
Umur 5-7 tahun
Bila perkembangan anak pada tahap sebelumnya berjalan baik, maka selanjutnya anak dapat masuk ke taman kanak-kanak. Dunia luarnya tidak terbatas di rumah sendiri tetapi menjadi lebih luas. Ia mendapat banyak pelajaran berdiri sendiri diluar lingkungan keluarga. Dalam segala hal ia ingin mengetahui apa dan bagaimana sesuatu hal terjadi. Ia akan selalu bertanya karena ingin tahu.
Kemampuan melihat, menerima pengertian masih terbatas, cara berfikir masih terikat pada hal-hal yang tampak nyata dan dialami sendiri. Mas ini juga ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada anak dan oleh keadaan dunia luarnya. Faktor terpenting ialah perbedaan waktu dan kemahiran mengerjakan sesuatu. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ada anak yang melakukan pekerjaan dengan cepat dan ada pula yang lamban.
Anak berumur 7-11 tahun
Keseimbangan antara sifat ketergantungan dan sifat mampu berdiri sendiri dilakukan secara baik oleh anak yang baru datang dari sekolah. Ia cepat masuk ke dalam rumah sambil mengatakan “Bu” kemudian menghilang bermain bersama teman-temannya. Tindakan cepat masuk rumah dan kemudian memberi salam kepada ibunya merupakan hal penting. Anak merasa aman mengetahui ibunya ada. Ia menganggap kurang pantas bila ia memperlihatkan sifat bergantung kepada ibunya. Ini hanya akan tampak jika ibunya tidak ada. Dengan tindakan lekas keluar, ia ingin memperlihatkan ketabahannya dan menunjukkan ia telah mulai besar. Seorang anak yang secara terang terangan memperlihatkan sikap ketergantungan kepada ibunya, menunjukkan bahwa perkembangannya tidak wajar, sebab pada umur ini seharusnya sudah mulai memperlihatkan corak kelakuan ayahnya, yaitu ayah harus bekerja dan berhubungan dengan dunia di luar lingkungan keluarganya. Hal ini berarti bahwa laki-laki pasti harus dapat berdiri sendiri dan hanya kadang-kadang saja berrgantung pada bantuan orang lain.
Pubertas dan remaja ( 11-19 tahun)
Istilah pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan istilah adolesen  berasal dari kata adolescere yang berarti menjadi dewasa. Proses ini berjalan dengan berbagai konflik. Selama konflik tidak menimbulkan perpecahan dengan orang tua, maka konflik hanya merupakan suatu aspek yang perlu dalam perkembangan anak yang sehat. Pada bangsa yang primitif seorang remaja akan memperlihatkan keberanian / kejantanannya dengan menjalankan suatu upacara pubertas. Di negara barat, seorang remaja mempertunjukkan ketabahannya dengan menentang kekuasaan. Jika sama sekali tidak tampak adanya konflik dengan pemegang kekuasaan , maka hal ini mungkin merupakan suatu bahaya karena dalam hal ini mungkin terdapat sikap pura-pura mampu berdiri sendiri.
Hubungan dengan teman-teman sebaya penting dan baik, karena hubungan ini akan memberikan rasa aman dan kepastian kepada seorang remaja dan merupakan hubungan yang tidak diperoleh didalam rumah.
Perkembangan Sosial
Lambat laun seorang bayi dapat berhubungan dengan dunia sekitarnya, walaupun sebagai seorang bayi baru lahir ia akan sangat canggung menghadapinya. Mengenai hal ini, yang perlu diperhatikan adalah mengenai saat berhubungan dengan orang disekitarnya dimulai bagaimana sifat hubungan tersebut dan betapa makin sukar dan rumitnya hubungan itu.
Bagi bayi baru lahir orang disekitarnya tidak dianggap. Merupakan suatu kekeliruan  bila menganggap bayi bayi yang menangis menjadi diam karena diangkat dan dibujuk oleh ibunya. Penyelidikan telah membuktikan bahwa bila seorang bayi dibiarkan didalam tempat tidurnya, kemudian di angkat bersama-sama dengan tempat tidurnya tanpa tersentuh sama sekali oleh orang dewasa atau jika ada orang yang membuat suara, maka bayi tersebut akan diam juga. Jadi, bagi bayi tersebut adalah pergantian keadaan atau adanya suara, bukan adanya orang dewasa. Keadaan yang sama juga terjadi bila ibu membelai bayinya. Bila bayi diberi sebuah bantal atau botol hangat, bayi akan diam juga. Bila dalam suatu ruangan dirawat beberapa bayi, kemudian salah satu bayi menangis, maka bayi lainnya kan menangis pula. Ini disebabkan suara tangisan bayi merupakan rangsangan bagi bayi lainnya. Pada minggu-minggu pertama faktor orang dewasa tidak penting bagi bayi yang masih dalam keadaan prasosial dalam kehidupannya.
Dalam bulan kedua terjadilah perubahan karena adanya reaksi sosial khusus, yaitu bayi akan memberikan reaksi yang berbeda  bila mendengar suara orang dibandingkan dengan mendengar suara lainnya. Tersenyum merupakan reaksi sosial khusus dan dapat dibuktikan dengan reaksi bayi bila melihat wajah seseorang. Bayi berumur 2-4 bulan akan tertawa bila nelihat wajah seseorang, tapi tidak akan tersenyum bila melihat benda berwarna warni atau benda berkilau atau seeokor kucing. Seorang bayi disebut sosio reaktif bila ia tersenyum setelah mendengar atau melihat wajah seseorang. Bila bayi berumur 4 bulan dipertemukan dengan bayi yang lebih tua, maka ia akan tersenyum. Hal ini disebabkan oleh kontak pasif. Mereka akan saling tersenyum bila secara kebetulan saling melihat.
Pada bayi berumur 5-6 bulan terdapat kontak sosial aktif. Ia akan minta perhatian orang tua dengan membuat suara atau menyentuh orang tua. Ia belum dapat membedakan apakah orang marah atau tidak. Baru pada umur 8 bulan ia akan memalingkan muka bila melihat orang bermuka marah. Selain melihat muka ia juga dapat membedakan suara.
Pada umur 1 tahun ia akan tahu dan membedakan apakah orang lain benar-benar marah atau tidak. Bayi mengerjakan sesuatu bila terdapat orang lain didekatnya. Tindakan ini dilakukan karena pengalaman dan naluri. Mula-mula ia belum dapat membedakan seseorang, baru pada umur 9 bulan ia akan bertindak ramah terhadap orang yang telah lam dikenalnya dan malu terhadap orang yang baru dikenal.
Anak berumur 2 tahun mengharapkan agar ia ditemani terutama saat bermain. Umur 3 tahun hubungan anak dengan orang tua berubah. Perubahan ini berhubungan erat dengan perkembangan kemauan. Penyelidikan pada anak yang telah berumur 6 tahun menunjukkan bila anak tidak mengalami masa membangkang, maka anak tersebut kurang mempunyai kemauan dan ia harus diberikan rangsang lebih dahulu sebelum mengerjakan sesuatu. Selama masa membangkang yang berlangsung beberapa bulan, anak selalu mendapat tantangan dari lingkungannya. Ia mulai tahu membenci dan menyayangi orang lain karena di dalam lingkungannya selalu terdapat orang yang menentang dan orang yang dapat dipercayainya. Hubungan dengan orang-orang dan cara penilaian mereka sekarang berbeda. Pada umur 5-6 tahun anak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada umur 9 tahun sedikit demi sedikit si anak mulai menentang untuk dipimpin, sehingga pada suatu waktu ia tidak mau dipimpin sama sekali. Pada waktu remaja, ia mencvari jalannya sendiri.
Faktor  Yang Mempengaruhi  Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Faktor heredokonstusionil
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
a.        Jenis kelamin
Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun,  pria mulai pada umur 12 tahun.
b.        Ras atau bangsa
Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai tendensi lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Italia.
c.         Keluarga
Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek  anggota keluarga lainnya tinggi.
d.        Umur
Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.

Faktor lingkungan
Faktor prenatal.
1.        Gizi (defisiensi vitamin, jodium dan lain-lain).
Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan ‘The most serious congenital malformation is never to be conceived at all”.
2.        Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidroamnion).
Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterine akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
3.        Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain).
Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, distosis kranial.
4.        Endokrin (diabetes mellitus pada ibu, hormon yang dimakan, umur tua dan lain-lain).
Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes mellitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasi pulau Langherhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endokrin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan.
5.        Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain).
Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali. Spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardsai mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
6.        Infeksi (trimester I: rubella dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain).
Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu-tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin hingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan retinitis.
7.        Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus)
Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.
8.        Anoksia embrio (gangguan fungsu plasenta)
Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.

Faktor Pascanatal
1.        Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif).
Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
2.        Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital).
Beberapa penyakit kronis seperti glumerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit sesak dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.
3.        Keadaan sosial-ekonomi.
Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak, jelas dapat terlihat ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
4.        Musim.
Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.
5.        Lain-lain.
Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologis dan lain-lain.
Kesimpulan
Anak mengalami masa pertumbuhan sebelum dewasa, yaitu :
-       Pranatal (0-280 hari)
-       Masa neonatal (0-4 minggu sesudah lahir)
-       Masa bayi (tahun pertama dan kedua kehidupan)
-       Masa prasekolah (umur 2 -6 tahun)
-       Masa adolesensi (wanita 10-18 tahun, pria 12-20 tahun)
-       Masa sekolah (wanita 6-10 tahun, pria 6-12 tahun)
Tahap-tahap pertumbuhan anak :
-       Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian berkurang secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun
-       Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik
-       Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun)
-       Kecepatan pertumbuhannya mengurang secara berangsur angsur sampai suatu tahun ( kira-kira umur 18 tahun) berhenti.
Perkembangan mental dan sosial anak berjalan seiring dengan pertumbuhan dan umur si anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya anak secara umum  dibedakan atas
-       Faktor heredokonstusionil
-       Faktor lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1 Cetakan Kesebelas, Jakarta,2007
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU,  Handbook for
Pediatrician, Medan,2007
Emans SJH, Laufer MR, Goldstein DP: Pediatric and Adolescent Gynecology, 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1998.
Nelson, Waldo E.MD, Ilmu Kesehatan Anak Vol 1, EGC, Jakarta, 2000
Scruggs,Karen MD, Current Clinical Strategies Pediatrics 5 Minute Review, Current Clinical Strategies Publishing Inc,California, 1999